solusi datang ketika pasrah

Manusia adalah makhluk Allah yang memiliki kecenderungan tidak pernah puas. Ada sebuah hadis yang isinya.

“Jika anak adam diberi satu lembah emas, niscaya dia akan minta dua lembah emas. sampai mulutnya tersumpal oleh tanah”

satu lembah emas pegimane ngitungnye? Emas 1 karung aja pusing ngitungnya, ini 1 lembah. Begitulah sifat dasar manusia, tidak pernah puas. Karena sifat inilah, manusia selalu meminta kepada Allah hal-hal yang diinginkannya. Bahkan, sebagian manusia kurang adab, yakni mengatur Allah dan mencaci Allah ketika keinginannya tidak dikabulkan. (Semoga Allah mengampuni kita semua).

Banyak yang ingin punya anak, tidak diberi-beri. Hingga pada suatu titik dia berpasrah, alhamdulillah malah diberi keturunan.

Banyak yang ingin punya pekerjaan layak. Tidak diberi-beri. Hingga pada suatu titik dia berpasrah, alhamdulillah malah diberi pekerjaan yang sangat layak.

Kerendah hatian seorang manusia dihadapan Rabb yang maha agung, pengakuan ketidakmampuan daya dan upaya manusia menghadirkan kasih sayang ALLAH.

Maha besar Allah yang senantiasa memberi apa-apa yang dibutuhkan hamba-Nya, terkadang manusia sebagai hamba sering lupa untuk mensyukuri Nikmat-Nya.

Doa Sang Guru

Taipei begitu sejuk hari ini, kulangkahkan kaki menuju tempat pemberhentian bus jurusan Chungli. Kuniatkan dalam diri untuk mencari Ridho Ilahi dalam pencarian ilmu ukhrowi. Kampus NCU pun kudatangi untuk bersua kembali dengan sang Murobbi.

Beliau adalah Ustadz Yusuf Mansur, seorang Da’i kondang yang karyanya begitu masyhur. Sosok yang menjadi panutan umat, di tengah seliweran dunia yang penuh maksiat. Rasa syukur pun aku panjatkan, karena di hari ini aku bisa kembali bertemu dengan sang panutan, yang senantiasa memberikan saran di waktu diri ini mengalami kesusahan. Walaupun hanya sesekali bertatap muka, namun nasihatnya selalu terngiang-ngiang di telinga. Tak lupa pula tausiah beliau di dunia maya selalu menjadi santapan utama di sela-sela waktu bekerja.

Aku bertemu beliau terakhir kali di Semarang, saat aku sedang getol-getolnya berjuang. Tatkala diri ini berada di tengah desingan generator pembangkit listrik, tiba-tiba datanglah sms yang sangat menarik. Teman akrabku mengajakku ke Polda Jateng, untuk menghadiri pengajian seorang ustadz ganteng. Kugerakkan kaki ini menuju jalan Pahlawan, ternyata disana sudah banyak sekai kerumunan orang yang ingin mengikuti pengajian.

Tausiyah saat itu tentang dua bocah cilik yang Hafal Al Qur’an. Yang suaranya jauh lebih merdu dari suara Bryan Adam. Beliau berpesan tentang amalan yang sebaiknya dilakukan, tentang surat-surat di Al Qur’an yang sebaiknya dilantunkan, terutama saat massa-massa kehamilan, agar kelak mendapat generasi penerus islam yang didambakan.

Aku pun berdoa agar aku bisa dipertemukan kembali dengan sang murobbi. Dan doa itu terkabul hari ini, di saat hati ini butuh nasihat sang kiyai. Rasa syukur kupanjatkan pada-Mu saat kepala ini dicium sang guru. Beliau mendoakan si bocah ingusan untuk menjadi orang yang memiliki wawasan akan ilmu pengetahun di massa sekarang dan di massa yang akan datang, Aamiin.

Taipei, 29 Maret 2014

Image

Didoakan Ustadz YM agar menjadi orang Berilmu

Ki Hajar Dewantara Mengambil Konsep Pesantren

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah film Nasional yang pernah mendapat penghargaan di tahun 2013, yaitu film “sang Kiyai”. Dan saya teringat salah satu pahlawan Nasional yang saya kagumi, yaitu Ki Hajar Dewantara.

Pernah dengar Ki Hajar Dewantara kan? Kalau belum pernah denger nama beliau, SUNGGUH TERLALU !!!.

Beliau adalah Bapak Pendidikan Republik Indonesia, yang tanggal lahirnya dijadikan Hardiknas (2 Mei). Beliau adalah aktivis pendidikan yang terkenal dengan semboyannya, yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani“.

Ing Ngarso Sung Tulodo = di Depan memberi Teladan

Saya memaknainya sebagai seorang yang berada di depan (pemimpin), harus memberikan teladan kepada yang dipimpinnya. Konsep ini sama dengan konsep “Kiyai” dalam sebuah pesantren, dimana kiyai harus memberikan teladan yang baik untuk para ustadz dan para santri.

Ing Madyo Mangun Karso = Di tengah memberi bimbingan

Konsep ini mirip dengan para Ustadz dan Ustadzah di pesantren. Mereka berada di tengah (dipimpin oleh kiyai dan dihormati oleh santri). Ustadz/guru yang berada di tengah memberi bimbingan, atau dengan kata lain mengajar/mendidik yang lebih bawah (baca : santri)

Tut Wuri Handayani = Di belakang memberi dukungan

Posisi ini merupakan posisi santri yang harus memberi dukungan terhadap gurunya, menghormati mereka, dan juga menghormati para “kiyai”.

Menurut saya, Ki Hajar Dewantara ini membuat semboyan tersebut karena terinspirasi oleh konsep pesantren. Wallahu A’lam

Image

Bapak Pendidikan

Masjid Kaohsiung (高雄清真寺)

Pada tanggal 29 dan 30 Januari 2014, saya dan 6 orang rekan saya (Iman, Defa, Sungging, Akmal, Eka, Fahmi) berkelana mengelilingi Taiwan untuk mengunjungi 3 masjid yang belum pernah kami kunjungi (Masjid Taichung, Masjid Tainan, dan Masjid Kaohsiung).

Dari ketiga masjid tersebut, yang paling nyaman adalah masjid Kaohsiung. Masjid Kaohsiung terletak di 11 Jianjun (建軍) Road in Lingya District. Disebelah masjid, terdapat warung sate, salah satu Toko Indonesia yang menjual banyak makanan khas Indonesia, dari nasi goreng, ayam goreng, mie goreng, hingga udang goreng semuanya ada.

Masjid Kaohsiung ini unik, karena lantai pertama tidak digunakan untuk tempat solat. Lantai pertama untuk kantor. tempat wudhu, dan Toilet. Lantai 2 digunakan untuk solat jama’ah laki-laki, dan lantai 3 digunakan untuk solat jama’ah perempuan.

Kelebihan masjid Kaohsiung adalah pencahayaan yang sangat terang. Lantai 2 yang didesain untuk tempat solat mendapatkan pasokan sinar matahari yang sangat cukup karena tidak ada bangunan yang tinggi disekitar masjid. Selain itu, arsitektur masjid yang Indah membuat orang-orang betah untuk tinggal disana. Keuntungan lainnya adalah mudahnya transportasi menuju masjid. Kita bisa menggunakan MRT untuk mencapai masjid. Apakah aganagan tertarik untuk berkunjung ke masjid Kaohsiung?

Masjid dari dalam

Masjid Kaohsiung dari dalam

Masjid Kaohsiung

TIm Pemburu Masjid

 

 

Mie Ayam Nanshijao

Sebagai seorang turis, kurang lengkap rasanya jika tidak berwisata kuliner. Dan sebagai seorang muslim, tentu kita harus menjaga makanan apa saja yang masuk ke perut kita, jangan sampai ada makanan yang tidak halal masuk ke dalam perut kita. Kriteria makanan halal sebagai muslim diantaranya tidak mengandung babi dan tidak bercampur dengan dzat nya babi (minyak babi, dll). Kalaupun ada daging ayam, sapi, kambing, pastikan terlebih dahulu proses penyembelihannya dilakukan oleh orang muslim atau ahli kitab.

Di Tiapei, lebih tepatnya di daerah nanshijao terdapat komplek Myanmar, dan sebagian orang Myanmar adalah muslim dan memiliki restaurant yang insya Allah Halal. Di beberapa restaurant Myanmar di Nanshijao, ada label bertuliskan “HALAL”. Perlu diingat bahwa tidak semua restaurant di komplek Myanmar merupakan restaurant halal, perlu di kroscek terlebih dahulu.

Salah satu tempat favoritku di Nanshijao adalah restaurant Mie Ayam Myanmar, selain harganya murah (50 NTD), rasa mie ayam nya juga enak.

Image

Mie Ayam Yummiee

Bagaimana caranya ke restaurant Myanmar tersebut dari NTUST? Caranya mudah. Terdapat 2 alternatif transportasi yang bisa kita gunakan, yaitu Bus dan MRT. Kalau kita menggunakan MRT, kita turun di MRT Nanshijao dan keluar exit 4, lalu jalan sekitar 10 menit untuk sampai ke TKP. Alternatif kedua menggunakan Bus. Kita bisa naik bus 207 atau 275 dari seberang kampus NTUST, dan turun di MRT Nanshijao.

Selain ada restaurant mie ayam yang enak, terdapat juga Toko Myanmar. DIsana dijual berbagai macam jenis kebutuhan (seperti mie instant, dll). Tidak hanya produk Myanmar saja yang dijual disana, terdapat produk Indonesia dan Negara asia tenggara lainnya juga loh disana (indomie, sambal terasi, bawang goreng, dll).

Image

Bawang Goreng

So, tunggu apa lagi? Ayo makan mie ayam murah disana, 😀