SI bocah kecil di tanah rantau

Tahun 2013, aku diamanatkan untuk menjadi salah pengurus UT Taiwan bidang Administrasi dan Kemahasiswaan. Salah satu tugas yang aku emban adalah mendata seluruh mahasiswa baru yang mendaftar di UT.

Dokumen persyaratan pun menjadi makan sehari-hari bagiku. Tak aneh jika sekarang aku pandai membaca nomor ijazah. Kupandangi satu per satu ijazah legalisir yang ada di depan mataku. Aku tak kuasa menahan haru ketika banyak dari mereka yang lahir pada tahun 1993.

Usia yang masih sangat muda untuk mengadu nasib menjadi tenaga kerja di tanah rantau. Aku pun yang sudah berusia 23 tahun belum berani merantau ke negri seberang kecuali untuk menuntut ilmu.

Aku pun teringat akan adikku yang juga kelahiran tahun 1993. Aku bersyukur karena kami dilahirkan dalam keluarga yang mampu, baik mampu secara materi maupun secara spiritual untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Adikku sekarang adalah mahasiswi di Fakultas Kedokteran Unsoed, sedangkan di bumi Formosa ini, banyak anak-anak seusia adikku yang sudah membanting tulang untuk mencari sesuap nasi di tanah rantau.

Ya Allah, mudahkanlah semua urusan rekan-rekan pekerja dan mahasiswa di Bumi Formosa ini. Panjangkanlah umur kami dan umur orang tua kami agar kami bisa kembali mencium tangan mereka sekembalinya kami dari tanah rantau, Amiin.

Leave a comment